Seekor Rusa kehilangan tanduknya, ia berlari kemana saja menuju tempat yang dikiranya menampakkan keberadaan taduknya yang tiba-tiba tidak lagi bertengger di kepalanya. Rusa merasa kehilanga kejantanan dan kegagahannya, tanduk cokelat gading yang merupakan lambang keperkasaan bagi seekor Rusa jantan kini hilang. Rusa terus berlari, sekali-kali ia berhenti pada suatu tempat, di semak, di balik pohon dan bebatuan, di rerumputan, bahkan di kolam-kolam kecil. Rusa kebingungan, ia tidak tahu harus mencari tanduknya yang hilang.
Sampai pada akhirnya Rusa merasa lelah, perlahan langkahnya mulai menghentikan laju larinya. Pelan-pelan ia mengitari sebuah danau yang jernih airnya. Di bawah sebatang pohon besar di tepian danau, ia berhenti dan merebahkan badan, ia sungguh sangat kelelahan. Disana ia terdiam, dalam diamnya ia berpikir, bertanya kemana tanduknya menghilang.
"Apakah aku salah menyimpan dan lupa dimana aku menaruhnya? Atau ada Rusa lainnya yang diam-diam mengambil tandukku ketika ku tertidur? Ah bagaiaman bisa tandukku yang tertancak kokoh di kepala ini bisa terlepas dan aku lepas. Haha bodoh sekali aku!" ungkapnya dalam hati.
Tiba-tiba si Rusa berteriak, "AAAArrrghhhh..., bagaimana bisa seekor Rusa jantan tidak memiliki tanduk seperti ini," cetus Rusa.
"Aku terlihat seperti Kancil dengan keadaanku seperti ini", lanjutnya.
Namun tanpa disadari ketika ia menggerutu akan hal dirinya yang terlihat seperti Kancil, ada seekor Kancil yang berada di dekat dirinya, Kancil itu tadinya sedang beristirahat pula di tepian danau. "Hey.., apa kau bilang? Kau terlihat sepert Kancil? Hmm bukankah kau memang seekor Kancil?" sergah si Kancil.
Rusa pun terkejut, bukan hanya terkejut karena tidak menyadari adanya si Kancil di dekatnya melainkan pula karena ia terkejut dengan perkataan si Kancil tadi. "Iya, aku memang Rusa," jawab si Rusa.
"Haha..., sejak kapan Rusa tidak memiliki tanduk sepertimu? Jika memang kau Rusa..., pastinya kau Rusa betina bukan?" goda si Kancil terhadap Rusa.
"Jangan asal bicara kau, Kancil! Aku ini Rusa, hanya saja tandukku hilang," tegas si Rusa.
"Apa? Hilang? Bagaimana bisa tanduk di kepalamu itu bisa hilang? Hahaha kau mengada-ada saja," cetus si Kancil.
"Siapa yang mengada-ada? Aku serius!" sergah Rusa.
"Hay kawan.., bukannya aku ingin mengejekmu atau menertawakanmu, tapi pada kenyataannya kau memang Kancil, kau bukan seekor Rusa..., apalagi Rusa yang kehilangan tanduk," jelas si Kancil kepada Rusa.
"Tandukmu takkan mungkin bisa hilang tanpa bekas seperi itu jika kau memang sungguhan seekor Rusa," lanjutnya.
"Maksudmu?" tanya Rusa keheranan.
"Sudahlah kawan..., segera basuh wajahmu, sedari tadi kau tertidur disitu, saatnya bangun...!" sambung Kancil lagi.
"Tertidur? Aku tertidur? Jadi maksudmu aku sedang bermimpi?" tanya si Rusa lagi, semakin heran.
"Iya.., dari tadi kau tertidur, mungkin saat kau tidur tadi, kau sedang bermimpi menjadi Rusa," ucap si Kancil berusaha menyadarkan.
"Tidak mungkin! Aku ini memang Rusa", tegas si Rusa.
"Hahaha kau sudah keterlaluan, terlalu jauh kau tersesat dalam mimpimu, hingga mengenali dirimu yang sebenarnya dalam dunia nyata pun kau tak mampu," ungkap si Kancil.
"Aku kancil?" gumam Rusa masih tidak percaya.
Rusa berjalan menuju air danau, ia bercermin di airnya yang jernih itu, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat wajah dan seluruh tubuhnya. "Aaaarrgghhhh tidak..! tidak mungkin!" teriak Rusa.
"Hey Kancil, kau apakan aku? Kau pasti yang menyihirku menjadi seperti ini!" tuduh Rusa kepada Kancil.
"Apa? Aku bukan penyihir, aku ini hanya seekor Kancil biasa yang terlahir dengan segala kekurangan!" jawab si Kancil dramatis.
"Lagi pula, kau ini aneh, sudah bangun pun masih saja bermimpi, mengatai aku ini penyihir pula!" cetus Kancil.
"Aku bukan Kancil!!!" rengek Rusa.
"Kau itu Kancil, bodoh!" tegas Kancil agak kesal.
"Hayooolah...., kau itu Kancil, basuh wajahmu kemudian ikut aku menuju rumah, sudah lama aku menunggumu terbangun, kau hanya bermimpi, jangan kau anggap itu nyata," jelas si Kancil. "Aku tahu, kau ingin menjadi seperti seekor Rusa yang gagah dengan tanduk di kepalanya, tapi tidak baik jika terus-terusan kau menganggap dirimu adalah Rusa, dan kau melupakan siapa kau sebenarnya," lanjut si Kancil.
"Tapi aku memang ingin sekali memiliki tanduk," gumam Rusa.
"Syukuri saja, kita memang terlahir sebagai kancil yang tidak memiliki tanduk, kau harus ingat..., meskipun kita tidak memiliki tanduk, tapi kita memiliki otak yang cerdik, dan sudah sepantasnya kita menggunakan kecerdikan ini untuk kebaikan, jangan lagi meniru perbuatan nenek moyang kita yang memanfaatkan kecerdikannya untuk menipu hewan lain," nasihat si Kancil. si Rusa-kancil terdiam.
"Lagi pula.., satu hal yang harus kau ketahui, hal yang paling penting dari kepala ini bukanlah apa yang ada di atasnya, melainkan isinya, dan isinya itulah yang harus kau jaga," lanjut si Kancil menasihati si Rusa-kancil.
Rusa-kancil mulai bisa memahami maksud si Kancil, dan akhirnya ia sadar, bahwa yang dilakukannya adalah salah. Hingga pada akhirnya Rusa-kancil tidak lagi hidup di alam mimpi, dan sekarang ia telah kembali ke dunia nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar